Thursday, 17 June 2010

Kiblat Jurnalisme dan Seruan Profetis

(Kado 10 tahun Flores Pos)

Oleh Hengky Ola Sura
Pembaca Flores Pos, Mahasiswa Uniflor


Tahun ini koran kebanggaan orang Flores, Flores Pos merayakan ulang tahunnya yang ke- sepuluh. Moment ulang tahun biasanya dikemas dalam ritual dan acara yang beda. Untuk koran kebanggan orang Flores, Flores Pos Pos tahun ini dirayakan dengan aneka lomba , mulai dari penulisan cerpen, melukis dan mewarnai gambar untuk anak-anak dan talk show seputar Peran Pers Lokal dalam Memasyarakatkan Gerakan Pangan Lokal..
Berkenaan dengan usia Flores Pos yang telah mencapai usia sepuluh tahun penulis mencoba memaparkan realitas berkaitan dengan kiblat jurnalisme dan seruan profetis dari misi sebuah koran yang turut mendukung terciptanya stabilitas dan transparansi demokrasi yang merupakan sebuah pokok serius perhatian media. Pertama – tama jurnalistik menaruh perhatian pada loyalitas. Dan loyalitas pada tempat yang pertama adalah warga pembaca. Pada tataran ini loyalitas jurnalisme menjadi penting. Bill Kovach dan Tom Rosentiel dalam buku mereka The Element of Journalism memaparkan komitmen jurnalistik adalah harus lebih besar kepada warga (citizen) ketimbang egoisme profesional. Mengapa? Karena tersirat didalamnya perjanjian degan publik, yang berkata kepada pembacanya bahwa liputannya tidak untuk kepentingan pribadi atau condong kepada kepentingan teman, orang – orang dekat atau hanya menjadi corong pejabat tertentu. Penulis meyakini bahwa sebagai koran kebanggaan orang Flores dan NTT, Flores Pos yang mottonya adalah Dari Nusa Bunga untuk Nusantara telah memenuhi unsur ini sebagai kiblat untuk terus membahasakan suara – suara orang Flores dan warga NTT serentak suara – suara pemimpin NTT tentang bagaimana memajukan, mengarahkan, memberi perhatian dan penanganan terhadap kejadian atau peristiwa yang menuntut perhatian dan penyelesaian serius. Suara–suara orang Flores yang dibahasakan jurnalis adalah seputar informasi, ‘kegelisahan’ orang – orang Flores, NTT pada umumnya dan kejadian – kejadian yang layak memenuhi penyajian sebuah berita untuk diketahui publik. Ada kolom Ende, Sikka, Ngada, Nagekeo. Manggarai Timur, Manggarai Barat, Manggarai, Flotim, Lembata, Kupang dan Nasional. Kolom – kolom inilah yang telah menentukan sebuah berita layak diberitakan karena dekat dengan para pembacanya (Proximity). Ada lagi yang masuk dalam kriteria layak berita antara lain signifikan (peristiwa – peristiwa yang mempunyai arti penting untuk kegiatan umum), magnitude(layak berita karena menyangkut jumlah atau angka yang besar), timeliness (peristiwa yang baru terjadi), prominent (orang penting) dan human interest (peristiwa yang menyentuh perasaan manusiawi). Kriteria layak berita inilah yang membuat sebuah koran yang masuk dalam media komunikasi massa. Kiblat jurnalisme dalam kaitan dengan layak berita tetap harus memperhatikan loyalitas pertamanya adalah kepada warga dan semua pembaca. Jurnalis tidaklah seperti pegawai perusahaan lain. Mereka punya kewajiban sosial yang sesekali bisa benar – benar berseberangan dengan kepentingan utama majikan mereka, sekalipun di sisi lain, kewajiban ini justeru merupakan tambang emas bagi majikan.
Nick Clooney, mantan penyiar berita di Los Angeles menulis, saya selalu bekerja untuk orang – orang yang menyetel pesawat televisi. Selalu, kapan saja saya berdiskusi dengan general manager atau semua anggota dewan direksi, sikap dasar saya selalu, saya tak bekerja untuk anda. Anda membayar gaji saya, dan saya sangat senang. Tapi yang sebenarnya adalah, saya tidak bekerja untuk anda, dan jika sudah sampai masalah loyalitas, loyalitas saya akan tertuju kepada orang yang menghidupkan pesawat televisi (Nick Clooney,dalam Bill Kovach dan Tom Rosentiel, The Element of Journalism, hal 60). Saya kira apa yang dikatakan oleh Tom Clooney sebenarnya sudah ada dalam misi utama dari surat kabar seperti Flores Pos dan juga media elektronik lain seperti televisi dan radio. Apa yang dikatakan oleh Tom Clooney sebenarnya penegasan lebih lanjut dari maksud utama jurnalisme yang kadang lalai dan kabur pelaksanaannya dari seorang jurnalis itu sendiri. Kiblat jurnalisme adalah arah yang menggiring pembaca untuk melihat dan menelaah lebih jauh apa yang diberitakan. Berita yang ditampilkan dalam sebuah surat kabar telaahannya oleh pembaca bisa bermanfaat untuk mengajar, mengarahkan pembaca untuk untuk bertanggung jawab dengan persoalan – persoalan umum atau publik yang patut diketahuinya. Bicara soal kiblat jurnalisme punya benang merah dengan apa yang disebut dengan seruan profetis. Koran pada dasarnya juga menampilkan nilai luhur yang mulia. Nilai – nilai itulah yang dilihat sebagai kebenaran yang merupakan prinsip paling utama dari jurnalisme. Jurnalis dalam liputannya berusaha menampilkan yang terbaru, terpercaya dan terakurat. Liputan terbaru, terpercaya dan terakurat tidak hanya asal diberitakan tetapi bagaimana membahasakan realitas untuk dikaji kembali oleh pembaca dan pihak – pihak terkait yang terlibat dan bertanggung jawab dengan peristiwa yang terjadi untuk ditangani secara lebih baik. Pada titik ini jurnalisme telah menyuarakan seruan profetis kepada pembaca dan terutama pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil langkah baru penanganan dari pemberitaan tersebut. Contoh lainnya adalah adanya kolom opini, feature, serba aneka, surat pembaca, ekbis , seperti pada Flores Pos telah memberikan ruang gerak kepada pembaca untuk berpartisipasi menyuarakan juga seruan profetis dengan misi kemanusiaan. Ada yang menulis tentang politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, bahasa, kesehatan dan sebagainya. Semuanya mengemban satu misi mulia kepada para pembaca untuk terlibat dan mau melakukan seperti yang tertulis bila sungguh – sungguh bermanfaat baginya. Di sini koran juga telah berhasil mendidik adanya generasi – generasi penulis baru yang kompeten dalam bidangnya untuk terlibat dalam seruan profetis tulisan mereka dalam koran itu sendiri. Kolom Bentara pada Flores Pos mengemban seruan profetis yang lebih mendalam lagi. Ia berisi refleksi sosial yang dikaji secara mendalam oleh pihak redaksi. Kiblat jurnalisme dan seruan profetis harus terus dan senantiasa bergema. Dengan demikian kiblat dan seruan profetis jurnalisme menjadi indah. Dan keindahan itu terletak pada misi kemanusiaan, yaitu perjuangan untuk kemanusiaan, pembebasan terhadap penindasan, suara yang membahasakan ‘kegelisahan’ segenap warga masyarakat Flores dan orang-orang NTT pada umumnya dari struktur atau pun sistem yang menindas. Jadi keindahan itu terletak pada kemurnian kemanusiaan yang merupakan aspek penting dari kiblat jurnalisme dan seruan profetisnya. Dan bukan pada manipulasi kata atau mengutak – atik bahasa dengan dalil kebenaran. Usia sepuluh tahun kiranya menjadikan Flores Pos sebagai suara dari Nusa Bunga untuk Nusantara yang semakin mantap menyediakan informasi yang berdaya guna bagi pembaca Flores dan NTT dimana saja berada. Viva Flores Pos. Ad multos Annos.

1 comment:

  1. Flores Pos, kenapa tidak memuat rubrik sastra? Khususnya Puisi, Cerpen dan esai belum saya lihat berada disana. Waktu itu saya pernah bertanya pada abang Frans Anggal, kenapa tidak diadakan saja, jawab beliu mudah-mudahan. Amin

    ReplyDelete

Puisi-Puisi Gody Usnaat-Catatan Redaksi Hengky Ola Sura

POHON SINYAL :buat Anna 1/  sudah dua jam aku duduk di bawa pohon sinyal menanti sinyal datang  hinggap dan berki...