(Edisi kangen pada teman angkatan, kakak tingkat dan adik tingkat, pesannya saya pengen baca tulisan-tulisan kalian lagi)
Tulisan sederhana ini lahir saat seorang adik tingkat saya yang bertanya begini, no masih hidupi ko spiritualitas Arnold Janssen. Saya lalu bilang, ah masikah no. Dia tanya lagi apa itu? Lalu saya bilang, ya saya ajak istri saya kami baca Kitab Suci (dari injil Yohanes itu). Kami tertawa. Senang sudah lama jadi awam SVD dan sesama awam SVD juga yang tanya begitu. Saya jadi ingat kawan-kawan saya, kakak tingkat dan juga adik tingkat yang saya tahu rajin baca, rajin juga masuk perpustakaan, baca diam-diam di kamar dan suka diskusi itu. Satu lagi yang terpenting adalah mereka belajar dari pergumulan akan realitas perjumpaan lalu mereka menulis.
Tanpa tedeng aling-aling ini curahan bukan mau mengkultuskan kami semua tapi lebih sebagai kangen baca lagi tulisan-tulisan mereka di media lokal di NTT. Baca lagi pemikiran dan curahan imaginasi mereka. Jika pernah membaca Flores Pos, DiAN, Pos Kupang, Media Indonesia dan beberapa media on line maka sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 nama-nama mereka di atas selalu ada. Penting untuk diketahui bahwa mereka bukan pengrajin tulisan, mereka adalah orang-orang yang menulis karena mereka yakin menulis itu bagian dari menunjukan keberpihakan.
Saya ingat Kae Pater Wily Gaut, Kae Pater Ve Nahak, Kae Pater Kamilus Seran, kae Bil Halan, Kae Sipri Kantus, Kae John Loin, Kae Jack Sila, Kae Efrem More Meto, kae Rian Labaona, Teman angkatan Sil Ule, Salvano Jaman, Bedy Asmon, Gaspar A. Raja, John Naben, Stanis Tapun, Gody Usnaat, Luis Aman. Adik tingkat (maaf e saya macam jago-jago panggil kamu adik tingkat lagi e) Gusti Fahik, Atel Lewokeda, Vianey Lein, Rony Wolo, Charles Meo, Thoy Hale. dan masih banyak lagi (maaf jika saya lupa sebut e).
Pater Wily selalu tajam kalau menulis dengan analisis yang cemerlang, Pater Ve Nahak, bangga padanya karena selain jago nulis dia pernah juga menjuarai lomba penulisan feature tingkat nasional, Pater Kamilus Seran (Milto) selalu jadi yang saya banggakan dan saya tanya-tanya, saat masih lugu-lugu saya sempat tanya pada Pater Milto bagaimana masukan referensi yang kita ambil dari internet. Pater Milto selalu tembus Media Indonesia bahkan sampai hari ini. Sejak masa novisiat dia sudah belajar otodidak bahasa Spanyol sekarang dia tambah jago lagi bahasa Rusia e. Dia sendiri pernah tembus jadi nominasi film dokumenter Eagle Award Metro TV. Kalau Kae Bil Halan (kini jadi Pemred Warta Flobamora) saya paling senang kalau baca cerpennya, jangan salah tata Bil pernah juara menulis cerpen tingkat nasional dengan judul Pada Petak Garam. Ada lagi Kae Sipri Kantus, John Loin, Jack Sila, Rian Labaona dan yang suka gara-gara Kae Efrem More Meto (jangan marah e kae).
Kalau teman angkatan, saya bangga pada Sil Ule, Salvano Jaman, Bedy Asmon yang selalu runut kalau analisis e. Saya senang kalau Pater Sil Ule menulis lagi dari tanah misi Afrika itu e. Sil Ule pernah berpolemik dengan Netti dari Kupang soal jurnalisme sastrawi, (harap saya tidak salah e bro). Atau kawan Salvano Jaman dari Jepang, kawan Bedy Asmon dari Brasil. Kawan Gaspar Araja (Gapak), saya kira Gapak pernah menulis tentang musik e di Flores Pos waktu itu. Ada Jhon Naben, Pater Jo sesekali kirim cerpen ko dari Afrika situ. Ada lagi Luis Aman dan Gody Usnaat, mereka dua ini pernah saling polemik juga hehe, keren. Luis su jadi PNS di Kupang sedang Gody semoga saja dia tidak hilang di Papua sana e, bro saya masih simpan puisi-puisimu. Ada lagi Stanis Tapun (Nista), yang ini paling dahsyat kalau dia tulis puisi dan cerpen. Sayang Nista paling senang menulis kemudian disimpan saja pada komputernya. Bro salut untuk cerpen tentang Ayah itu e.
Kalau yang di bawah angkatan kami, saya paling ingat Gusti Fahik e, dia suka kasih nama tokoh dalam puisi-puisinya dengan nama Popy (no tulis lagikah) satu lagi pertama kali dia tulis opini tentang sastra yang tanggapi tulisannya itu Bupati Flores Timur, Yosni Herin. Artinya jelas to no, dia terganggu hehe. Ada Vianey Lein, kini jadi mahasiswa di Jerman. Ada lagi Atel Lewokeda yang sedikit lagi sudah tahbis e no. Terus ada Charles Meo, Thoy Hale juga Rony Wolo yang hari ini opininya di Pos Kupang, salam kangen untuk kamu semua dimanapun kamu berada e.
Mereka semua di atas itu e orang-orang yang menginspirasi saya dan juga kami semua terus dan terus mau belajar. Om Pram bilang orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Salam untuk semua perjumpaan-perjumpaan kita.
NB: Salam untuk calon diakon Oceph Riang di Ledalero dan Redem Kono di Jakarta .
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Puisi-Puisi Gody Usnaat-Catatan Redaksi Hengky Ola Sura
POHON SINYAL :buat Anna 1/ sudah dua jam aku duduk di bawa pohon sinyal menanti sinyal datang hinggap dan berki...
-
Oleh Hengky Ola Sura Kru Buletin Sastra Seniman Kata Uniflor Ende Memasyarakatkan sastra salah satunya adalah melalui pentas teater. Teater ...
-
Setelah 09 Juni 2004, tinggal kami berlima. Saudari kami, nomor empat berpulang dalam matinya yang paling diam. Tak ada pesan, tak ada cerit...
No comments:
Post a Comment