
Oleh Hengky Ola Sura
Memperingati hari ulang tahun Sumpah Pemuda yang ke 82 penulis tertarik untuk menilik lebih dalam pada pokok pemuda yang berwirausaha. Tulisan ini lahir dari keprihatinan penulis yang secara kasat mata memandang peran dan ruang gerak pemuda saat ini yang hampir 70 persen terjun ke bidang politik. Sementara hanya sekitar 30 persen lebih pemuda yang bergerak dalam bidang kewirausahaan. Tulisan ini bukan sebuah teknik menggurui tetapi lebih kepada bagaimana pemuda, khususnya para pemuda NTT untuk boleh belajar mengambil peran yang tidak biasa (baca, berwirausaha) untuk menjadi biasa berwirausaha. Pemuda adalah sosok yang kreatif yang daripadanya selalu lahir ide, gagasan briliant yang sayang kalau tak dimanivestasikan. Patut diakui bahwa ruang gerak untuk berwirausaha itu harus dimulai dari bawah dengan langkah yang terseok-seok tetapi setiap langkah pertama memang tidak selalu gampang. Ini tak ubahnya hukum alam bahwa segala sesuatu pada awalnya sulit. Berbagai rintangan seperti modal, usia, lingkungan usaha, risiko, pendidikan, kebiasaan dan tidak kreatif dan masih banyak aspek lain yang merintangi semangat untuk berwirausaha.
Ada tiga lingkaran besar yang saat ini menguasai dunia yakni, state, civil society dan capital market. Pemuda banyak mengisi di lingkaran state. Sementara di lingkaran capital market, hanya diisi oleh orang-orang kaya sejak dari dulu. Peringatan 82 tahun Sumpah Pemuda kaum muda mesti dirangsang paradigmanya untuk tidak melulu berkiprah di bidang politik. Pemuda harus bisa memberdayakan masyarakat dimana ia hidup dan berada. Adalah Adhyaksa Dault, mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga selama masa kepemimpinannya sebagai menteri mengaku jarang hadir pada acara atau kegiatan kaum muda yang berbau politik, tetapi justru pada acara-acara anak muda yang berkarya dalam usaha mereka dalam memberdayakan masyarakat (TEMPO, 2008). Penulis meyakini bahwa kita semua mahfum bahwa kebebasan berpendapat sekarang ini begitu dahsyat. Orang bisa omong apa saja. Pemuda (baca, mahasiswa) mau demonstrasi apa saja juga bisa. Kita memang tidak bisa saling mempersalahkan untuk hal seperti ini. Mengapa? Jawabannya adalah sebagai akibat dari kemandekan sirkulasi elite politik di zaman orde baru. Generasi muda tidak punya playground. Akibatnya mereka terjun ke politik praktis. Pemuda (mahasiswa) adalah kaum intelektual yang pada gilirannya perannya untuk membangun usaha dan keterlibatannya adalah memberikan sumbangan yang signifikan bagi transformasi dan humanisasi masyarkat, (bdk Willy Gaut, Diskursus Profetisme Kaum Intelektual,VOX edisi 2006). Hemat penulis usaha dan keterlibatan penulis sebagai kaum intelektual adalah juga dengan mengembangkan kewirausahaan. Berwirausaha tidak beda pengertiannya dengan bekerja. Bekerja dalam arti tertentu berarti berbuat sesuatu dengan menjadi karyawan di suatu instansi pemerintah maupun swasta. Sedangkan berwirausaha berarti memiliki usaha sendiri. M. Musrofi dalam bukunya Kunci Sukses Berwirausaha (2004) mendefinisikan berwirausaha adalah salah satu cara untuk memanfaatkan kemampuan unik seseorang yang dilakukan dengan membangun, memiliki dan menjalankan usaha (bisnis) agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarkat. Pemuda sebagai pewaris jalannya keberadaban masyarkat perlu menanamkan dalam dirinya visi dan misi untuk membangun habitus baru masyarkat yang berwirausaha. Bangku pendidikan hanyalah ruang akademis yang menuntut pemuda (mahasiswa) mengetahui skill dan kemampuannya untuk dapat dimanifestasikan. Kehidupan sosial yang akan dijalani setelah dunia kampus/ bangku kuliah adalah bertanggungjawab pada perkembangan peradaban manusia dengan tidak bermental tunggu bantuan datang, tunggu raskin, tunggu dana dari pemerintah dan sederetan tunggu lainnya yang saat ini terus kita temukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Semua orang mempunyai peluang menjadi wirausahawan termasuk pemuda. Banyak wirausahawan yang sekolahnya tidak sampai selesai bahkan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Sekedar menyebut beberapa diantaranya adalah Harland D Sanders, pendiri Kentucky Fried Chicken pada usia 12 tahun telah berhenti sekolah. Bill Gates, pendiri Microsoft, Ted Tunner, pendiri CNN, Steve Jobs, pendiri Apple Computer. Di Indonesia ada Sukyatno Nugroho tidak bisa dipisahkan dari nama Es Teler 77. Mie Tek- Tek dan Pasti Enak adalah waralaba sukses yang dalam banyak seminar selalu memperkenalkan dirinya sebagai penyandang gelar MBA yang kependekan dari ” Manusia Bisnis Asal-asalan”. Di sekolah peringkatnya 40 dari 50 murid. Ijasahnya hanya sampai SMP. Contoh orang-orang sukses tersebut di atas kiranya dapt merangsang pemuda dan paradigmanya bahwa pemuda punya potensi dan kreativitas untuk mengembangkan salah satu usaha yang mau dipilihnya untuk menjadi seorang wirausahawan. Megapa? Karena, pemuda (mahasiswa) adalah orang-orang yang mengenyam bangku pendidikan pada dunia kampus yang selalu dirangsang kreativitasnya melalui studi dan aplikasi nyata dalam kegiatan-kegiatan ilmiah dan kemasyarakatan. Pemuda (mahasiswa) adalah makhluk yang dididik (animal educantum) dan harus mampu menjadi makhluk yang mendidik (animal educandum) lewat dunia usaha yang digelutinya. Tak perlu bermimpi untuk membangun usaha yang setara dan berkelas seperti Bill Gates atau Harland D. Sanders tapi coba melihat situasi di seputar masyarkat kira-kira potensi apa yang dapat dikembangkan untuk sebuah usaha. Robert T. Kiyosaki penulis buku Rich Poor Dad menuntun semua yang mencoba untuk berwirausaha dengan cara membangun cara berpikir yang selalu penuh semangat dan bukannya malas. Kemauan untuk terus belajar, memahami pasar, keterampilan komunikasi, menulis, berbicara, keterampilan manajemen kas, manajemen sistem bisnis dan manajemen sumber daya manusia. Tentunya masih banyak pemahaman pribadi lainnya yang terus dibangun tetapi yang utama dan terutama hemat penulis adalah kreativitas. Iklim kreatif pertama-tama datang dari diri sendiri. Orang kreatif adalah orang yang berani berpikir berbeda, dan melihat kesalahan sebagai peluang. Dan yang kedua dan kiranya menjadi perhatian dari pemerintah, khususnya untuk lingkup kita di propinsi NTT adalah memberi ruang gerak dan memacu semangat kreativitas pemuda lewat berbagai usaha misalnya suntikan dana ataupun pelatihan bagi pemuda ataupun kelompok pemuda dalam berwirausaha. Orang-orang muda adalah pencetus paradigma. Generasi 1928 telah dengan sangat kreatifnya membangun romantisme ke-Indonesiaan kita dengan Sumpah Pemuda. Kiranya peringatan 82 tahun Sumpah Pemuda menjadi pelajaran bagi pemuda untuk menerobos batas-batas kaku ke-Indonesiaan kita yang sarat dengan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kepelikan lainnya dengan menjadi pemuda yang berwirausaha. Selamat Merayakan Sumpah Pemuda.
Ada tiga lingkaran besar yang saat ini menguasai dunia yakni, state, civil society dan capital market. Pemuda banyak mengisi di lingkaran state. Sementara di lingkaran capital market, hanya diisi oleh orang-orang kaya sejak dari dulu. Peringatan 82 tahun Sumpah Pemuda kaum muda mesti dirangsang paradigmanya untuk tidak melulu berkiprah di bidang politik. Pemuda harus bisa memberdayakan masyarakat dimana ia hidup dan berada. Adalah Adhyaksa Dault, mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga selama masa kepemimpinannya sebagai menteri mengaku jarang hadir pada acara atau kegiatan kaum muda yang berbau politik, tetapi justru pada acara-acara anak muda yang berkarya dalam usaha mereka dalam memberdayakan masyarakat (TEMPO, 2008). Penulis meyakini bahwa kita semua mahfum bahwa kebebasan berpendapat sekarang ini begitu dahsyat. Orang bisa omong apa saja. Pemuda (baca, mahasiswa) mau demonstrasi apa saja juga bisa. Kita memang tidak bisa saling mempersalahkan untuk hal seperti ini. Mengapa? Jawabannya adalah sebagai akibat dari kemandekan sirkulasi elite politik di zaman orde baru. Generasi muda tidak punya playground. Akibatnya mereka terjun ke politik praktis. Pemuda (mahasiswa) adalah kaum intelektual yang pada gilirannya perannya untuk membangun usaha dan keterlibatannya adalah memberikan sumbangan yang signifikan bagi transformasi dan humanisasi masyarkat, (bdk Willy Gaut, Diskursus Profetisme Kaum Intelektual,VOX edisi 2006). Hemat penulis usaha dan keterlibatan penulis sebagai kaum intelektual adalah juga dengan mengembangkan kewirausahaan. Berwirausaha tidak beda pengertiannya dengan bekerja. Bekerja dalam arti tertentu berarti berbuat sesuatu dengan menjadi karyawan di suatu instansi pemerintah maupun swasta. Sedangkan berwirausaha berarti memiliki usaha sendiri. M. Musrofi dalam bukunya Kunci Sukses Berwirausaha (2004) mendefinisikan berwirausaha adalah salah satu cara untuk memanfaatkan kemampuan unik seseorang yang dilakukan dengan membangun, memiliki dan menjalankan usaha (bisnis) agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarkat. Pemuda sebagai pewaris jalannya keberadaban masyarkat perlu menanamkan dalam dirinya visi dan misi untuk membangun habitus baru masyarkat yang berwirausaha. Bangku pendidikan hanyalah ruang akademis yang menuntut pemuda (mahasiswa) mengetahui skill dan kemampuannya untuk dapat dimanifestasikan. Kehidupan sosial yang akan dijalani setelah dunia kampus/ bangku kuliah adalah bertanggungjawab pada perkembangan peradaban manusia dengan tidak bermental tunggu bantuan datang, tunggu raskin, tunggu dana dari pemerintah dan sederetan tunggu lainnya yang saat ini terus kita temukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Semua orang mempunyai peluang menjadi wirausahawan termasuk pemuda. Banyak wirausahawan yang sekolahnya tidak sampai selesai bahkan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Sekedar menyebut beberapa diantaranya adalah Harland D Sanders, pendiri Kentucky Fried Chicken pada usia 12 tahun telah berhenti sekolah. Bill Gates, pendiri Microsoft, Ted Tunner, pendiri CNN, Steve Jobs, pendiri Apple Computer. Di Indonesia ada Sukyatno Nugroho tidak bisa dipisahkan dari nama Es Teler 77. Mie Tek- Tek dan Pasti Enak adalah waralaba sukses yang dalam banyak seminar selalu memperkenalkan dirinya sebagai penyandang gelar MBA yang kependekan dari ” Manusia Bisnis Asal-asalan”. Di sekolah peringkatnya 40 dari 50 murid. Ijasahnya hanya sampai SMP. Contoh orang-orang sukses tersebut di atas kiranya dapt merangsang pemuda dan paradigmanya bahwa pemuda punya potensi dan kreativitas untuk mengembangkan salah satu usaha yang mau dipilihnya untuk menjadi seorang wirausahawan. Megapa? Karena, pemuda (mahasiswa) adalah orang-orang yang mengenyam bangku pendidikan pada dunia kampus yang selalu dirangsang kreativitasnya melalui studi dan aplikasi nyata dalam kegiatan-kegiatan ilmiah dan kemasyarakatan. Pemuda (mahasiswa) adalah makhluk yang dididik (animal educantum) dan harus mampu menjadi makhluk yang mendidik (animal educandum) lewat dunia usaha yang digelutinya. Tak perlu bermimpi untuk membangun usaha yang setara dan berkelas seperti Bill Gates atau Harland D. Sanders tapi coba melihat situasi di seputar masyarkat kira-kira potensi apa yang dapat dikembangkan untuk sebuah usaha. Robert T. Kiyosaki penulis buku Rich Poor Dad menuntun semua yang mencoba untuk berwirausaha dengan cara membangun cara berpikir yang selalu penuh semangat dan bukannya malas. Kemauan untuk terus belajar, memahami pasar, keterampilan komunikasi, menulis, berbicara, keterampilan manajemen kas, manajemen sistem bisnis dan manajemen sumber daya manusia. Tentunya masih banyak pemahaman pribadi lainnya yang terus dibangun tetapi yang utama dan terutama hemat penulis adalah kreativitas. Iklim kreatif pertama-tama datang dari diri sendiri. Orang kreatif adalah orang yang berani berpikir berbeda, dan melihat kesalahan sebagai peluang. Dan yang kedua dan kiranya menjadi perhatian dari pemerintah, khususnya untuk lingkup kita di propinsi NTT adalah memberi ruang gerak dan memacu semangat kreativitas pemuda lewat berbagai usaha misalnya suntikan dana ataupun pelatihan bagi pemuda ataupun kelompok pemuda dalam berwirausaha. Orang-orang muda adalah pencetus paradigma. Generasi 1928 telah dengan sangat kreatifnya membangun romantisme ke-Indonesiaan kita dengan Sumpah Pemuda. Kiranya peringatan 82 tahun Sumpah Pemuda menjadi pelajaran bagi pemuda untuk menerobos batas-batas kaku ke-Indonesiaan kita yang sarat dengan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kepelikan lainnya dengan menjadi pemuda yang berwirausaha. Selamat Merayakan Sumpah Pemuda.




