Monday, 19 April 2010

Perempuan yang Diempukan


Oleh Hengky Ola Sura
Mahasiswa Uniflor, Kru Buletin Sastra Seniman Kata
Sabtu, 6 Maret 2010 | 07:54 WITA



KATA orang, jumlah perempuan di jagat raya ini lebih banyak dari laki-laki. Faktor kuantitatif seharusnya dapat mendongkrak laju persamaan hak dan kewajiban dan tuntutan untuk sama dan setara dengan laki-laki.

Sayangnya, jumlah sama sekali belum menjadi penopang untuk membuktikan bahwa perempuan masuk dalam kategori yang membanggakan, tidak hanya soal urusan rumah tangga, tetapi juga memegang peran di sektor publik.

Tulisan sederhana ini hanyalah sebuah seruan imperatif untuk kembali ke hakikat sesungguhnya bahwa perempuan adalah makhluk yang dari ciptaannya adalah empu yang tidak hanya dihargai tetapi diterima sebagai makhluk yang diadakan untuk menyempurnakan hidup. Berkenaan dengan Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret, penulis tergugah untuk membahas soal perempuan yang terlalu banyak dijadikan sebagai obyek dalam tataran hidup harian daripada subyek.


Sekilas sejarah

Sebagaimana dikutip dari www.lbh-apik.or.id (diakses pada 13 Februari 2010), Hari Perempuan Sedunia sesungguhnya merupakan kisah perempuan biasa menoreh catatan sejarah; sebuah perjuangan berabad-abad lamanya untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, seperti juga kaum laki-laki. Di masyarakat Yunani Kuno, Lysistrata menggalang gerakan perempuan mogok berhubungan seksual dengan pasangan (laki-laki) mereka untuk menuntut dihentikannya peperangan. Dalam Revolusi Prancis, perempuan Paris berunjuk rasa menuju Versailles sambil menyerukan "kemerdekaan, kesetaraan dan kebersamaan" menuntut hak perempuan untuk ikut dalam pemilu. .

Berikut ini adalah kronologi singkat dari beberapa kejadian penting yang mengiringi perjalanan Hari Perempuan Sedunia. Tahun 1909 dalam rangkaian pendirian Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional pertama kali diperingati pada tanggal 28 Februari di Amerika Serikat. Hari hari tersebut kemudian terus diperingati perempuan pada setiap hari minggu terakhir bulan Februari sampai tahun 1913. Tahun 1910 pertemuan kelompok sosialis internasional di Copenhagen, Denmark, memutuskan untuk memilih Hari Perempuan Internasional sebagai penghormatan atas hak-hak asasi perempuan dan mendorong diperolehnya hak suara bagi semua perempuan di dunia. Keputusan ini diterima secara bulat oleh semua peserta yang diikuti oleh lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, termasuk tiga perempuan pertama yang dipilih sebagai anggota Parlemen Finlandia. Pada saat itu, mereka belum memutuskan pada tanggal berapa peringatan hari tersebut akan diadakan. Tahun 1911 sebagai tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil setahun sebelumnya, Hari Perempuan Sedunia untuk pertama kalinya diperingati (pada tanggal 19 Maret) di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss, dimana lebih dari sejuta perempuan dan laki-laki bersama-sama turun ke jalan. Selain hak untuk ikut serta dalam pemilu dan posisi di dalam pemerintahan, mereka menuntut hak bekerja, kesempatan memperoleh pelatihan, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan.

Kurang dari seminggu sejak peringatan tersebut, pada tanggal 25 Maret terjadi insiden tragis di New York yang menewaskan lebih dari 140 buruh perempuan yang kebanyakan adalah imigran asal Italia dan Yahudi. Kejadian ini sangat mempengaruhi peraturan perburuhan di Amerika Serikat dan kondisi kerja yang menyebabkan insiden ini terjadi kemudian dikecam habis-habisan selama peringatan Hari Perempuan Internasional tahun berikutnya.

Sebagai bagian dari upaya perdamaian yang berkembang selama berlangsungnya Perang Dunia I, perempuan Rusia memperingati Hari Perempuan Internasional untuk pertama kalinya pada hari Minggu terakhir bulan Februari 1913. Di belahan Eropa lainnya, pada atau sekitar tanggal 8 Maret di tahun berikutnya, perempuan berunjuk rasa baik untuk memprotes perang maupun sebagai ungkapan solidaritas kepada saudara-saudara perempuan di manapun juga.

Tahun 1917, karena dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang, perempuan Rusia sekali lagi turun ke jalan pada hari minggu terakhir di bulan Februari menyerukan "Roti dan Perdamaian". Para pemimpin politik menentang unjuk rasa tersebut, tetapi para perempuan ini tetap bertahan. Dan sejarah mencatat bahwa empat hari kemudian, czar (raja) turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 Februari di Kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang juga kita gunakan). Dan sejak saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh perempuan di seluruh dunia.

Mengaca dari sejarah perjuangan perempuan tersebut di atas pada dasarnya perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata atau warga kelas dua (second class). Perempuan ada untuk membumikan keteduhan di bumi ini. Lihat saja bagaimana para perempuan turun ke jalan menyerukan 'roti dan perdamaian' dan terbukti raja pun turun tahta seperti perjuangan para perempuan Rusia. Banyak lelaki yang terbunuh dalam perang mendorong para perempuan untuk menyatakan suaranya bahwa perang sama sekali bukan jalan terbaik untuk menciptakan perdamaian.

Seharusnya manusia, terlebih laki-laki, lebih menyadari bahwa perempuan mampu menjalankan peran privat dan publik. Peran privat maupun publik adalah unsur-unsur inheren yang berlaku universal. Peran privat maupun publik yang dijalankan perempuan adalah usaha untuk menggalakan karunia-karunia keperempuanan mereka yang istimewa yang dapat dijuluki sebagai kejeniusan kaum perempuan (Agus Alfons Duka, Ed. Voice in the Wilderness, Pesan Paus Paulus II untuk Hari Komunikasi Sedunia Tahun 1979-2005, Ledalero-Maumere, hal 149).


Yang diempukan

Perempuan adalah empu. Empu berarti orang mencipta, orang yang menulis, orang yang berkarya. Perempuan yang diempukan berarti dalam diri perempuan terdapat anugerah elan vital yang dari rahimnya lahir generasi-generasi baru. Perempuan adalah ibu. Dia mengemban amanat menyimpan ovum penerus generasi. Pada dirinya ada sekian potensi yang hampir tidak ada pada laki-laki: kesabaran, kesungguhan, ketelatenan, kelembutan, ketahanan, dan sebagainya. Semua berbaur dengan keindahan dan daya tarik. Tampilan lugas perempuan mencerminkan kelebihan.
 

Perempuan yang diempukan berarti juga dalam dirinya tersimpan anugerah yang tidak dimiliki kaum maskulin. Inilah kelebihan perempuan yang oleh Yohanes Paulus II disebut dengan kejeniusan kaum perempuan. Oleh karena kita adalah orang-orang yang terhormat maka kita wajib menghormati perempuan. *

1 comment:

Puisi-Puisi Gody Usnaat-Catatan Redaksi Hengky Ola Sura

POHON SINYAL :buat Anna 1/  sudah dua jam aku duduk di bawa pohon sinyal menanti sinyal datang  hinggap dan berki...