Saturday, 17 April 2010

Menafsir Ke-Indonesiaan untuk Berubah

Oleh Hengky Ola Sura
Mahasiswa Uniflor, Ende
Rabu, 28 Oktober 2009 | 15:26 WITA




PENGALAMAN sejarah menunjukkan bahwa kaum muda selalu mempunyai peranan unik untuk menunjukkan kiprah intelektualnya. Ke-Indonesiaan yang awalnya tulus dan terus membangsa, dalam seruan 'kami bangsa Indonesia' dalam teks kultural 1928, ikrar berbahasa satu, bertanah air satu, berbangsa satu Indonesia dari keragaman itu pernah jatuh dalam otoritarianisme demokrasi terpimpin Soekarno.

Jatuh dalam demokrasi paternalistik keluarga Soeharto hingga persoalan kekuasaan yang terpusat. Dan korupsi yang meletakkan ke-Indonesiaan dalam jurang ketidakadilan pusat dan daerah, lokal dan nasional. Ke-Indonesiaan pun mulai luntur. Nasionalime pudar dan beberapa daerah di tanah air menuntut berpisah. Pada titik ini kita kembali mengenang perjuangan para pemuda dan kiprahnya.

Kiprah pemuda pada setiap generasi punya peranan yang tak bisa dipandang sebelah mata ataupun disepelehkan. Ke- Indonesiaan awal justru tumbuh dan lahir dari pemuda. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda sebagai makhluk istimewa karena peran intelektualnya. Orde Lama tergusur karena kiprah pemuda. Orde Baru lahir berkat demonstrasi mahasiswa yang terkenal dengan angkatan 66, tapi demonstrasi angkatan '98 pula yang menjatuhkannya. Setelah rezim itu tumbang, demonstrasi merupakan pilihan tepat berbagai kalangan untuk menyatakan aspirasi mereka, terutama pemuda. Geliat politik di masa krisis sangat diwarnai aksi-aksi demonstrasi. Pelakunya meluas dari mahasiswa ke berbagai gerakan : prodemokrasi, buruh, dan organisasi kemasyarakatan. Pada masa pemerintahan Soeharto dan BJ Habibie, setiap aksi demonstrasi selalu dibalas dengan redaman represif oleh aparat keamanan.

Pada masa pemerintahan sesudahnya ataupun saat ini, aparat relatif menjaga jarak. Berhadapan dengan kenyataan seperti ini, maka ke-Indonesiaan kita perlu diperbaharui lagi. Menafsir ke- Indonesiaan adalah sangat urgen dan signifikan, bagaimana pemerintah dan mahasiswa (pemuda) perlu menggalang sebuah cara baru yang lebih kreatif agar ke-Indonesiaan itu semakin elegan dan berwibawa. Pertama, patut dicatat dan disadari bahwa proses menjadi Indonesia adalah perjuangan awal dari ikrar Sumpah Pemuda dan oleh para pendiri bangsa diproklamirkan secara politis pada 17 Agustus 1945 sebagai Republik Indonesia. Oleh karena itu yang menjadi prioritas bagi pemerintah dan pemuda adalah membangun solidaritas dan menafsirkan keragaman sebagai bentuk yang harus dihormati dalam bahasa hukum dan HAM.

Dua refleksi pokok yang harus diperhatikan dan jangan sampai membuat ke-Indonesiaan merosot apabila tidak diindahkan. Pertama, korupsi sebagai sumber melemahnya sistem dan demoralisasi moral pejabat pemerintah sampai menciptakan mentalitas dan budaya korupsi. Inilah yang harus menjadi fokus agar moral pejabat tidak sampai jatuh. Pada tahap ini, pemuda Indonesia hendaknya terus menjadi semacam 'alarm' yang mengkritisi pelbagai kebijakan pemerintah yang menyimpang.

Kedua, adalah karena kesadaran yang lambat untuk membedakan mana yang privat dan publik; lalu krisis pendidikan yang tidak mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dalam cerah budi dan bening nurani, maka harga yang harus dibayar adalah kemerosotan nilai-nilai yang sudah membudaya, anarkisme dan 'distrust'. Dua hal ini menjadi semacam tafsiran untuk membaca bahwa ke-Indonesiaan bukan milik pemerintah sebagai penguasa, tetapi lebih kepada sebagai pelayan yang ada untuk rakyatnya.

Pada momen ini, pemerintah diharapkan memperhatikan dan memberi ruang gerak kepada pemuda. Pemuda akan tampil sebagai pejuang yang memiliki andil dalam wacana tentang 'civil society' atau masyarakat sipil sebagai entitas yang diharapkan mampu menjaga stabilitas ke-Indonesiaan.

Pemuda juga sesungguhnya adalah cendekiawan yang punya andil dalam proses nation building dan pembentukan suatu masyarakat politik yang demokratis. Peringatan delapan puluh satu tahun Sumpah Pemuda membawa peran penting bagi pemuda saat ini untuk tidak bisa bersikap pasif, menyerahkan segala-galanya kepada mereka yang kebetulan menduduki jabatan yang memimpin dalam negara dan masyarakat. Pemuda sebagai cendekiawan muda adalah bagian integral dari rakyat, atau warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban. Dalam Indonesia yang berdemokrasi pemuda ikut serta bertanggung jawab tentang perbaikan nasib bangsa. Sumpah Pemuda adalah sebuah peristiwa dahsyat, sakral dan transendental. Sumpah di dalam Sumpah Pemuda merupakan tekad sekaligus ancaman agar tidak ada manusia Indonesia yang berani melanggar persatuan yang diperlukan untuk merenggut kemerdekaan. *

No comments:

Post a Comment

Puisi-Puisi Gody Usnaat-Catatan Redaksi Hengky Ola Sura

POHON SINYAL :buat Anna 1/  sudah dua jam aku duduk di bawa pohon sinyal menanti sinyal datang  hinggap dan berki...